Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang
anak yang tampan,
cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang
ibunya... Di hari minggu,
mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain
bersama, dan bersama2 menyanyikan lagu 'Shi Sang Chi
You Mama Hau'
(terjemahannya 'Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang
baik').
Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja
sebagai penjaga
toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang
hari.
Hari2 mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh
kebahagiaan. Sang anak
terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya
menyuci di malam
hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam hari, karena
perlu tambahan
biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas.
Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya.
Ia berniat
membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya
selama ini.
Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera
menolak setelah
pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu
sederhana, tidak terlalu
mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak
keperluan lain
yang perlu dibiayai.
Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari
rumahnya. Ia
meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan
tsb, karena ia
akan membelinya bulan depan. 'Apakah kamu punya
uang?'
tanya sang pemilik toko. 'Tidak sekarang, nanti saya
akan punya', kata sang
anak dengan serius.
Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli
jam tangan tsb.
Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2.
Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya 'Dari
mana kamu mendapatkan
uang itu? Bukan mencuri kan ?'. 'Saya tidak
mencuri, kakek...
Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku.. Saya biasanya naik
becak pulang
pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki
saat pulang dari
sekolah ke rumah, uang jajan dan uang becaknya saya simpan
untuk beli jam
ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan
beritahu ibuku
tentang hal ini. Ia akan marah' kata sang anak. Sang
pemilik toko tampak
kagum pada anak tsb.
Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari.
Sang anak segera
memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan jam
tangan tsb. Sang
ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam
tangan ini memang adalah impiannya.. Tetapi sang ibu tiba2
tersadar, dari
mana uang untuk membeli jam tsb. Sang anak tutup mulut,
tidak mau menjawab.
'Apakah kamu mencuri, Nak?' Sang anak diam seribu
bahasa, ia tidak ingin
ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut.
Setelah ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu
menyimpulkan bahwa anaknya
telah mencuri. 'Walaupun kita miskin, kita tidak boleh
mencuri. Bukankah
ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?' kata sang
ibu.
Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun
ibu sayang pada
anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak
menangis,
sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu
perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia
harus
melakukannya, demi kebaikan anaknya.
Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga
menuju ke rumah
tsb heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui
kejadiannya. 'Ia
sebenarnya anak yang baik', kata salah satu
tetangganya.
Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke
rumah salah satu
tetangganya yang merupakan familinya.
Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal
anak itu. Ketika
mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu
untuk menjelaskan.
Tetapi tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko,
memohon
agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.
'Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong,
dan tidak boleh
menyembunyikan sesuatu dari ibunya'. Sang anak
mengikuti nasehat kakek itu.
Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak
tiba2 muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk
menyimpan jam
tangan tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu
muncul siang
tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun
ibunya. Ia juga
menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari
sekolahnya pulang ke
rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk
mengumpulkan
uang membeli jam tangan kesukaan ibunya.
menjelaskan hal tsb,
begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk
anak kesayangannya,
keduanya menangis dengan tersedu-sedu. 'Maafkan saya,
Nak.'
'Tidak Bu, saya yang bersalah'... ......... .. ....
0 komentar:
Posting Komentar